#30harimenulis_11
Sammy
dan Sam
Hari itu seperti biasa, aku memasuki kelasku
dengan harapan dosenku tidak masuk. Ingin rasanya aku pergi ke kantin lalu
makan dengan lahap. Hari itu aku bosan dan ingin tidur seharian saja di kamar
kosku. Harapanku terkabul, dosenku hari ini ada kegiatan di lapangan. Seketika aku
berlari dengan semangat menuju kantin,, tap..tap..tap... saking semangatnya aku
tidak memerhatikan jalan di sebelahku, dan Dug... aku bertabrakan dengan
sesosok tinggi kurus.
Awwww....awww...aww.... pekikku...
Sosok itu membantuku berdiri dan menatapku
dengan senyumnya yang ramah. Seketika aku terpana, waw... gantengnya cowok ini,
siapa yah? Kayaknya baru liat, gemuruhku dalam hati. Dan seketika pula dahiku
dia sentuh dengan jarinya, bukannya marah, kami malah tertawa bersama. Itulah awal
pertemuan kami.
Selanjutnya hari-hariku selalu dipenuhi dengan
canda tawaku dengannya. Dia, sosok yang selalu membuatku semangat pergi ke kampus.
Sammy, namanya hampir sama denganku Samantha. Tiap hari kami selalu makan siang
di kantin, bahkan kami mengerjakan tugas bersama walau kami berbeda jurusan
namun masih dalam satu fakultas. Entah mengapa kami begitu dekat dengan
cepatnya, hanya dalam dua bulan kami berbagi suka duka. Yap, Sam dan aku selalu
curhat tentang semua hal. Tidak ada yang kami sembunyikan.
Perlahan tapi pasti, entah mungkin kami masuk
wilayah yang namanya friendzone. Kami
selalu bersama, bahkan teman kampus mengira bahwa kami ini berpacaran. Kenyataannya
tidak, kami hanya berteman dekat saja. Kami memutuskan bahwa kami akan fokus
pada kuliah kami, tidak ada yang namanya pacaran diantara kami.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan
tahun berganti tahun, yaps.. tibalah saat itu, saat dimana aku dan Sam harus
berpisah sejenak untuk melakukan tugas akhir kami. Kami melakukan penelitian di
daerah berbeda. Selama kurang lebih enam bulan, kami tidak bertemu dan hanya
lewat whatsapp, facetime, dan
aplikasinya lainnya untuk melepas rindu. Selama enam bulan itu, aku merasakan
perasaan yang berbeda. Aku merasa kehilangan Sammy, aku rindu senyumnya, aku
rindu canda tawanya, semua tentangnya, tentang Sammy. Apa mungkin aku mulai
jatuh cinta pada Sam? Itulah pikirku.
Enam bulan berlalu, aku dan Sam saling melepas
rindu dengan bercerita seputar penelitian kami. Sebelum kami disibukkan dengan
skripsi, seminar, dan sidang, kami selalu menyempatkan diri untuk makan bersama
di kantin dan kami sangat menikmatinya.
Waktu berlalu dengan cepat, hari itu akhirnya
datang juga, sidangku dan Sam tepat di hari yang sama dan jam yang sama. Kami lulus
di hari yang sama, sidang kami mendapatkan nilai A. Aku dan Sam saling
memberikan selamat karena perjuangan kami berakhir manis. Kami pergi ke kantin
dan makan sebagai perayaannya. Saat itu Sam tiba-tiba memegang tanganku dengan
erat, dia memberikanku seikat bunga mawar putih dan secarik surat.
Hai Sam (Sammy memanggilku Sam juga), selamat
untuk kelulusanmu yah, dan terima kasih untuk semua canda tawa kita. Kamu adalah
hal terbaik dalam hidupku, aku sangat menyukaimu Sam, aku rasa aku jatuh cinta,
ucap Sam sambil tersenyum.
Aku terkaget dan dengan spontan aku katakan
bahwa aku juga jatuh cinta padanya. Aku dan Sam sama-sama tertawa, dan berkata
wah kita jadian ^^.
Sampai dikosan, aku tidak langsung membuka
surat dari Sam. Aku saat itu merapihkan kamarku, berbaring sebentar dan
terlelap. Saat terbangun, aku melihat bunga dan surat pemberian Sam. Bahagianya aku, aku langsung menelepon Sam
tapi hpnya tidak aktif. Lalu kupikir mungkin hpnya mati. Aku perlahan membuka
surat pemberian Sam, disana dia bercerita tentang awal pertemuan kami dan
hal-hal konyol lainnya tentang kami. Di lembar kedua, dia mencurahkan
perasaannya tentangku. Ternyata dia jatuh cinta padaku pada saat awal kami
bertemu. Sam tahu bahwa aku juga jatuh cinta padanya.
Tidak terasa air mataku menetes dengan deras,
aku bahagia namun juga menderita, surat itu membuat hatiku sakit. Disaat aku
mulai bahagia karena aku memilikimu, disaat yang sama pula aku harus
kehilanganmu. Sam, dia menulis menurutnya aku dan dia berjodoh, aku merasa
senang karena kami memiliki perasaan yang sama. Disana tertulis bahwa “Aku
sangat mencintaimu Samantha, dan aku sangat senang bahwa Sam yang aku cintai
mencintaiku juga, aku berharap kita benar-benar berjodoh Sam. Tapi maafkan aku,
mungkin ini bukan waktu yang tepat dan mungkin aku bukan orang yang tepat
untukmu Sam.”
Komentar
Posting Komentar