Rumah itu...



#30harimenulis_12
Rumah itu...

Libur sekolah telah tiba, saatnya aku dan adikku pergi ke rumah saudaraku di desa. Kami selalu menghabiskan waktu liburan disana bersama uwa jika libur sekolah karena ibu bapa sibuk bekerja. Bahkan sebelum kami sekolah kami selalu berlibur disana.

Aku menginap di rumah kakak ibu, aku memanggilnya Uwa. Rumah uwa ada 2, bersebelahan. Uwa punya 4 anak, 2 laki-laki, 2 perempuan. Aku tidur kadang bersama uwa kadang bersama anaknya uwa. Hari-hari kami dihabiskan dengan bermain di sawah, kebun, bahkan sungai dan kolam ikan.

Suatu hari, aku pergi ke rumah uwa yang berada di sebelah, letaknya memang agak tinggi dari rumah uwa satunya. Suasananya dingin, terdapat 4 kamar, ruang tamu dan ruang tv yang menyatu. Halamannya luas, dan terdapat satu ruangan yang selalu terkunci. Di salah satu kamar yaitu kamar anak uwa yang pertama, sebut saja Karin dimana aku selalu tidur, terdapat sebuah lukisan yang menurutku menyeramkan.

Lukisan berupa seorang wanita dengan bunga mawar dan raut wajah sedih sambil menitikkan air mata. Sebenarnya tidak ada yang aneh, tapi entahlah aku merasa jika lukisan itu selalu memperhatikanku. Sebenarnya rumah ini jarang ditempati karena anak-anak uwa selain sudah besar-besar juga lebih sering tinggal di rumah satunya bersama uwa. Jadi memang hawa rumah ini agak menyeramkan walau tiap hari selalu dibersihkan oleh uwa.

Pernah suatu hari, saat itu aku dan adikku bermain petak umpet dengan anak-anak sekitar. Aku sembunyi di kamar yang terdapat lukisan, entah perasaanku saja mungkin, aku merasa lukisan itu matanya berkedip. Seketika aku kaget, dan lari dari kamar menuju luar. Kulihat ruangan yang selalu terkunci ternyata terbuka. Aku lalu masuk karena penasaran, disana ternyata hanya gudang berisi barang-barang tua. Ruangan yang besar dan gelap, namun ada sedikit cahaya dari luar pintu. Disana aku melihat banyak sekali cahaya berterbangan berwarna hijau, entah apa itu, mungkin kunang-kunang pikirku. Kunang-kunang di siang hari.
Setelah kejadian itu, malamnya aku tidur disana, dengan lukisan yang selalu aku tatap dengan heran. Saat itu aku tidur bersama  kak Karin, dia tidur dengan lelap. Aku mencoba tidur tapi rasanya aku takut. Selalu terbayang lukisan wanita itu. Aku membuka mata dan kulihat dia seperti menangis. Ya Tuhan, aku takut setengah mati, menutup mukaku dengan selimut dan berharap pagi cepat datang.

Sejak saat itu aku memilih tidur bersama uwa saja di rumah sebelah. Aku tidak pernah mau pergi lagi ke rumah itu. Kalaupun kesana harus bersama banyak orang dan tentunya tidak masuk ke kamar itu. Selang beberapa tahun sejak kejadian itu, aku kembali berlibur ke rumah uwa. Masih sama, rumah itu masih terasa dingin, dan kamar itu semakin mencekam dengan banyaknya boneka dan lukisan wanita menangis.

Komentar