Membumi



#30harimenulis_17
Membumi

pict by https://www.donnaestabrooks.com/landscape/bringing-heaven-down-to-earth

Saya akan menceritakan tentang salah satu kisah yang membuat saya kagum. Cerita ini mengenai teman saya. Dia seorang yang pendiam, pintar, dan sholeh. Selalu mendapatkan nilai tertinggi dalam semua pelajaran, rajin beribadah, dan dia sangat sederhana. Dia tidak malu untuk berjualan makanan ataupun lainnya. Kami pikir, mungkin dia butuh uang tambahan. Kami tidak pernah saling bercerita tentang keluarga ataupun pekerjaan orangtua kami. 

Berbeda dengan yang lainnya yang selalu memakai pakain, tas, sepatu yang boleh dibilang wah bahkan sering membawa kendaraan roda empat, dia selalu terlihat sederhana dari atas sampai bawah dan selalu menggunakan kendaraan umum kemanapun dia pergi. Sampai suatu saat saya pernah melihat dia turun dari sebuah mobil mewah, awalnya ragu apa benar itu dia, tapi saat saya dekati ternyata benar namun saya tidak berani bertanya macam-macam.

Bulan ramadhan tiba, biasanya kita akan mengadakan buka bersama di rumah salah satu teman atau di tempat makan. Seperti biasa kami memilih tempat. Namun teman saya itu mengajukan diri menjadi tuan rumah. Dan akhirnya diputuskan untuk berbuka di rumahnya. Dia memberikan kami alamat rumahnya, wah ini kan komplek elit saat kami melihat alamatnya. Dan benar saja, saat kami sampai di rumahnya, ada beberapa satpam yang bertanya kepada kami akan bertemu siapa dan ada keperluan apa. Setelah itu, kami dipersilahkan masuk melewati pagar tinggi dengan sistem yang canggih, satpam memasukan kode agar pagar dapat terbuka. Rumahnya sungguh sangat besar dan megah. Halaman yang luas, parkir mobil yang besar dengan beberapa mobil mewah berderet di dalamnya. Kolam renang dan area bermain tampak berada di samping rumah dengan gazebo besar yang unik. Kami semua tertegun, apa benar ini rumahnya?  Gak salah alamat nih kita? 

Sang satpam menyuruh kami masuk ke dalam rumah, sedangkan sang tuan rumah masih belum terlihat. Kami ragu mau masuk ke rumah, takut salah jadi lebih baik menunggu teman kami saja si tuan rumah muncul menyambut kami. Sang tuan rumah akhirnya datang menyambut dan menyuruh kami masuk. Kami langsung menuju halaman belakang yang menyambung dengan kolam renang dan gazebo. Disana terdapat kursi santai dan beberapa kursi kayu yang panjang. Sudah tersedia berbagai macam makanan disana. 

Orangtua sang tuan rumah sangat ramah dan sederhana begitu dengan saudara lainnya. Kami semua akhirnya berkumpul dan berbuka bersama. Kami semua masih penasaran kenapa teman kami yang satu ini sangat sederhana bahkan rela naik kendaraan umum dan berjualan padahal dia dari keluarga yang kaya. Namun jawabannya membuat kami malu, dia berkata bahwa “semua ini kan harta punya orangtua, bukan punyaku jadi rasanya aku gak pantas berfoya-foya atau memakai fasilitas mereka dengan berlebihan. Aku ingin sukses dan melakukan semuanya dari nol, agar tahu bagaimana susahnya mencari uang dan berjuang untuk mendapatkan yang aku inginkan”. Lalu kami bertanya lagi, memang orangtua kamu gak ngasih kamu uang gitu? Gak kenapa-kenapa kamu naik angkot dan jualan? Dia menjawab, orangtuanya sudah memberikan semua fasilitas kepadanya uang jajan, mobil, dan lainnya tapi dia ingin mencoba berjuang dulu. Dari kecil sudah hidup enak, dia tidak mau nantinya keenakan mengandalkan harta orangtua trus menjdai orang yang malas. Jawabannya membuat kami semua terdiam dan skak mat.

Buka bersama kali ini sangat berkesan dan memberikan banyak pelajaran kepada saya. Jangan pernah menilai orang dari penampilan atau luarnya saja. Teman saya ini, walau dia kaya raya dan punya semua yang diimpikan semua orang, tetapi dia tetap membumi. Sederhana, mau berusaha dengan jerih payah sendiri dan tidak sombong. Terkadang kita, belum kerja, uang masih dari orang tua tapi bergaya selangit. Masih minta jajan orangtua saja sudah pacaran traktir sana sini, merokok, bahkan demi gengsi memaksa orangtua membelikan apa yang kita mau dan mengancam orangtua tidak mau sekolah lah, bunuh diri lah jika keinginan tidak terpenuhi. 

Teman saya ini luar biasa, saya sangat kagum padanya. Sampai saat ini kami masih sering bertukar kabar. Dia sekarang menjadi pengusaha sukses dan menetap di Inggris. Dia mendapatkan beasiswa karena kepintarannya dan sekarang sedang melanjutkan studi S3nya di sana. Senang rasanya saat mendengar bahwa usahanya yang dia rintis dari nol saat dia masih di bangku kuliah sudah sukses. Saya banyak belajar darinya tentang banyak hal, belajar untuk membumi, bekerja keras dan pantang menyerah. Semoga saya dan teman saya bisa segera bertemu dan berbagi banyak cerita.

Komentar