Kucai

#30harimenulis_4

Kucai...

Inilah tempat favoritku sejak aku kuliah dulu. Lokasinya berada di kaki gunung salak, Bogor. Diberi nama kucai, karena disini banyak tanaman kucai. Awal tahu tempat ini karena diklat Pecinta Alam dulu, disinilah kami ditempa dengan berbagai ilmu tentang survive di alam bebas. Kami belajar membuat bivak alam, berhari-hari berjalan dengan cuaca hujan. Tas Carrier yang berat dan basah juga baju yang lembap, membuat kami awalnya ingin menyerah dan pulang saja. Terlebih logistik yang kian menipis, parafin yang selalu basah terkena hujan, bahkan karena 5 hari berturut-turut dalam diklat selalu hujan, sebagian temanku terkena kutu air sampai susah berjalan karena sudah parah. Angkatanku terkenal dengan angkatan kutu air, karena hampir setengahnya terkena kutu air. Namun semua itu rasanya terbayar dengan rasa bangga setelah kami semua direndam dalam air sungai dan berjanji sebagai bagian dari keluarga.

Tempat bersejarah untukku dan teman-teman semua sampai sekarang, 2006-2017 dan akan selamanya. Dari tempat inilah kami tahu apa arti keluarga, saling berbagi, saling mengerti, kerja sama, dan mengasihi. Di tempat ini lah aku dan teman-teman melepas rasa lelah dan penat dengan aktivitas kami sebagai mahasiswa dan pekerja. Setiap tahun kami dari berbagai pelosok daerah selalu menyempatkan diri untuk datang kesini dengan keluarga kami maupun seorang diri, dalam rangka acara puncak diklat maupun hanya sekedar untuk melepas rindu dan lelahnya bekerja.

Dari kampus kami tercinta dramaga, tempat ini tidak terlalu jauh karena kami biasanya melewati jalan perkampungan. Aku dan teman-teman biasanya akan berkumpul di bivak kampus lalu menyewa angkot atau membawa motor sampai ke perkampungan. Jalannya sih bisa dibilang jauh yah, kecil, dan menanjak dibandingkan jika kita lewat jalan utama/kota. Kalau dulu jalannya masih jelek dan angkot tidak bisa sampai ke perkampungan, jadi kita harus berjalan lumayan jauh untuk sampai ke perkampungan, kalau sekarang terakhir saya kesana bulan Februari 2017 sudah bagus jalannya, sudah aspal jadi perjalanan kita lebih dekat sampai ke perkampungan.

Awal perjalanan, kita akan disuguhi pemandangan pedesaan dan sawah yang  hijau dari atas sini. Lalu mulailah kita melewati kebun bambu, tidak lama kita akan temui hamparan pohon pinus. Yah sepanjang perjalanan adalah hutan pinus. Selain itu kita juga akan mendengar suara gemuruh air sungai yang mengalir dari bawah sana. Udara disini sejuk, segar, dan tentu melepas penat. Kami selalu nanjak dengan santai, sambil mengobrol dan sesekali berhenti untuk memakan camilan. Sekedar merebahkan badan diantara hamparan dedaunan yang gugur di tanah.

Yang namanya gunung sudah pasti jalannya naik turun yah, tanah dan bebatuan, tidak ada aspal, hehe... Jalan disini sudah ada jalurnya, jadi tidak usah takut tersesat. Tapi yang namanya gunung, tetap saja kita harus waspada, karena kadang warga disini juga suka membuat jalur sendiri untuk jalan mereka. Sebaiknya pergilah dengan orang yang sudah kenal dengan jalur disini agar tidak tersesat yah.

Mendaki kurang lebih 2-3 jam kita akan sampai di padang yang namanya kucai. Tempat asik untuk berkemah jauh dari keramaian dan hiruk pikuk kota. Biasanya kita mendirikan tenda dan tempat memasak. Sepanjang malam bahkan kami jarang tidur sih, akan bercerita serta menyanyi sambil makan diatas daun pisan bersama-sama menikmati nikmat dan karunia Tuhan. Jika cuaca cerah, kami biasa tidur beralaskan bumi dan beratapkan langit alias “ngampar” di luar tenda. Udara dingin yang menusuk teralihkan dengan canda tawa kami.


Biasanya esok harinya kami akan pulang, setelah membereskan tenda dan peralatan, kami akan menuju sungai. Yah, ada aliran sungai disini, bersih, dan segar. Kami akan main dsini sepuasnya sebelum pulang. Rasanya semua lelah hilang setelah bermain di sungai. Inilah Kucai, tempat favoritku sejak dulu sampai sekarang. Mungkin bagi sebagian orang nanjak itu cape, tapi buatku rasa lelah itu tidak ada artinya jika sudah sampai di puncak sana. Tidak perlu tempat yang mewah dan makanann mahal sebagai untuk melepas lelah. Buatku kembali ke alam, ah bahkan dimanapun jika bercanda gurau bersama teman ditemani secangkir kopi hitam atau teh sudah menjadi obat lelahku...




Komentar