Hai Anakku...


#30harimenulis_3

Baiklah tema hari ini adalah Ibu...
Sebenarnya aku tidak tahu harus menulis apa karena aku belum menjadi seorang ibu, aku seorang istri yang berharap dan berdoa segera menjadi seorang ibu...


Hai anakku...

Hai anakku...
Tahukah kamu, kamu adalah kado terindah dalam hidupku...
Kado yang tidak akan pernah ibu sia-siakan...
Kado yang akan selalu ibu jaga sampai kamu menemukan jodohmu...
Bahkan sampai ibu mati...

Hai anakku...
Tahukah kamu, bahwa ibu merindukanmu dari sejak ibu menikah dulu. Dari setelah kata ijab qobul itu, ibu ingin sekali segera merasakan dirimu hadir dalam rahimku. Tapi tahukah kamu anakku,, ternyata harapanku tidak sesuai dengan kenyataannya. Aku harus menunggu begitu lama untuk dapat bertemu denganmu wahai anakku.

Hai anakku...
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun tapi kamu masih saja belum hadir dalam hidupku. Aku merasa hampa wahai anakku, aku merasa kosong, sedihku selalu ku sembunyikan dalam senyum tawaku yang riang. Aku memang selalu bilang, jika kamu adalah hak Yang Maha Kuasa, aku hanya bisa berdoa, berdoa, terus berdoa dan berusaha. Aku memang selalu bilang, “ah santai ajah, belum rejekinya nih punya baby”, tapi dalam hatiku terasa perih dan menusuk ulu hati saat aku mengatakannya.

Hai anakku...
Setelah bertahun-tahun, akhirnya Tuhan mengabulkan doaku...
Kamu hadir dalam rahimku tanpa aku sadari. Mual itu, pusing itu, lelah itu, tidak kurasa jika aku sedang mengandungmu. Berbulan-bulan rasanya aku mengalami hal itu dan itu menyiksaku, namun aku hanya bisa bersabar karena memang aku biasa merasakannya saat aku datang bulan. Namun terselip rasa penasaran besar dengan tubuhku yang tidak biasa. Rasa penasaranku terjawab dengan hasil usg itu, yah ada sebuah titik kecil dalam rahimku, dan itu kamu wahai anakku. Aku menangis, bersyukur bahwa Tuhan masih memberiku kepercayaan besar dengan hadirnya dirimu.

Hai anakku...
Bulan berganti bulan, aku selalu menjagamu dengan baik dan penuh kasih sayang. Selalu kupanjatkan lantunan doa dan merdunya ayat-ayat suci Alquran, berharap kamu menjadi seorang yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhanmu. Setiap rasa sakit yang aku rasakan, setiap butir obat pahit dan suntikan yang aku terima demi dirimu hanyalah sebesar cubitan kecil yang akan hilang saat aku melihatmu lahir di dunia.

Hai anakku...
Hari itu akhirnya tiba, hari dimana semua orangtua menantinya, hari dimana kamu akan lahir di dunia dan melihat ibumu ini. Yah, kamu lahir dengan normal anakku, badanmu tinggi, putih, bersih, dan berat. Lantunan adzan mengalun indah di telingamu, dan kamu berhenti menangis lalu tersenyum. Kami memanggilmu Aksa, yah.. namamu Aksara Bumi.

Hai anakku...
Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, dan kini kamu sudah besar. Kamu sudah bisa memanggilku ibu. Kamu sudah bisa memanggil papamu. Terasa senang bahagia ibumu ini melihat perkembanganmu wahai anakku. Rasanya ibu tidak ingin kamu cepat besar, karena ibu takut kamu akan lupa pada ibumu.

Hai anakku...
Ibumu ini berpesan padamu, jikalau nanti kamu sudah besar, jadilah anak yang sholeh, anak yang baik, anak yang berbakti kepada orangtua dan agamamu. Aku dan papamu tidak akan bisa memberikan harta apapun padamu, kami hanya bisa memberikanmu kasih sayang, cinta, dan pendidikan yang layak terutama pendidikan agama untukmu.

Hai anakku...
Jikalau kamu sukses kelak, janganlah kamu tinggi hati. Jadilah orang yang selalu membumi seperti namamu. Jadilah orang yang berguna bagi orang lain dan selalu menebar kebaikan.

Hai anakku...
Jika kelak ibu dan papamu sudah tua nanti, janganlah kamu lupakan kami. Seringlah kamu menengok kami di rumah tua kami, memberikan kami senyum dan tawamu yang indah. Tidak perlu kamu bawa oleh-oleh atau hadiah untuk kami, cukup dengan hadirmu dan segudang ceritamu membuat kami bahagia. Dan bagi kami hal itu adalah kado terindah kami di hari tua kami.

Untukmu anakku Aksara Bumi, dari Ibumu yang selalu mencintaimu..

Komentar