#30harimenulis_9
Anak Rantau
Aku mulai
merantau sejak tahun 2005, yaitu sejak masuk perkuliahan. Gak jauh sih dari
Bandung, cuma tetap aja bagi seorang orang rumahan dan kutu buku sepertiku,
jauh dari ibu itu berat. Tapi apa daya, aku sudah diterima di kuliah disini dan
harus aku ambil. Aku kuliah di Bogor, IPB Kampus Dramaga. Aku masuk
IPB dengan jalur PMDK, kalau jaman sekarang entah apa namanya. Sebenarnya aku
bahkan tidak tau kalau aku akan diterima, wali kelasku yang mengajukan PMDK
untukku, aku sih iyah saja karna dari sekolahku banyak yang mengajukan PMDK ke
IPB.
Pertama kali
datang di Bogor, kesannya adalah panas. Ternyata tidak sesuai dengan
ekspektasiku yang dingin, sejuk, dan hijau. Disini panasnya sangat, jauh dari
kata sejuk, kalau hijau sih iyah karena masih banyak hutan dan pohon besar
disini. Tahun pertama, aku masuk asrama putri. Dengan jam malam dan kegiatan
seabreg. Satu kamar diisi 4 orang, dengan 2 ranjang tingkat dan 2 meja belajar.
Ternyata di kamar ini hanya aku seorang yang lewat jalur PMDK, selama 2 bulan
pertama aku sendirian di kamar ini. Mahasiswa PMDK memang kuliah lebih awal,
dimana teman-teman yang lain melakukan perpisahan sekolah, memakai kebaya dan
berfoto ria di studio, aku sudah mulai belajar kalkulus, hiks...
Di asrama
ini banyak teman yang aku temui dari berbagai daerah. Suka duka di asrama
adalah adanya jam nonton tv, jam air, dan jam beres-beres lorong. Aku sih
selama di asrama tidak pernah nonton tv, hanya radio saja di hp atau walkman. Dulu
walkman itu populer loh sebelum ada mp3, hihi... Yang paling menyiksa adalah
jam air, air akan hidup dari jam 12 malam sampai jam 5 pagi, mati dan akan
menyala lagi pukul 3 sore sampai isya. Maka dari itu aku dan teman sekamar
selalu mengisi penuh galon air, ember, bahkan botol air mineral dengan air
untuk jaga-jaga. Jam mencuci bajuku jam 12 malam, lanjut mandi jam 3 pagi
karena jika tidak maka kamu akan pergi ke kampus tanpa mandi. Oh yah, kamar
mandi tiap lorong sekitar 24 kamar mandi tiap ujung lorong kiri kanan. Kami biasa
makan di kantin luar asrama, yah makan seadanya dengan harga yang sangat murah.
Enak tidak enak sih yang penting kenyang, karena kami semua bergantung dari
kiriman uang bulanan jadi harus irit ^^.
Tahun kedua
aku kuliah, mulailah aku ngekos. Sebenarnya ingin pindah kuliah ke Bandung,
tapi sayang lah jadi aku tetap bertahan. Kosan yang sangat nyaman untukku,
karena air yang melimpah, ruang tv sekaligus ruang tamu, dapur dan yang penting
ada ibu kosannya. Kosanku ada jam malam,
jam 10 malam, lewat dari situ maka harus sms dulu mau pulang malam atau kalo
lupa yah nginap di kosan teman. Isi kamar kosan yang terpenting adalah pemanas
air dan ricecooker kecil. Karena malas
masak jadi biasanya aku akan memasak nasi sendiri dan lauknya beli di warung. Sepanjang
jalan yang dikenal dengan Bara adalah surga makanan, karena banyak penjual
makanan dari berbagai daerah dengan harga yang murah.
Tidak perlu
yang mahal-mahal, cukup penyet telor tahu tempe seharga Rp.4000 maka kenyanglah
sudah. Bahkan dikantin Fahutan, ada namanya Kornita setiap makan hanya habis
Rp.6.000 itupun sudah plus es teh manis, murah kan? Tiap kiriman bulanan
datang, siap-siap belanja bulanan. Gak neko-neko, cuma beli perlengkapan mandi,
bulanan cewe (pembalut), mie instan, teh, gula, kopi, camilan dan bedak wajah. Sisanya
disimpan untuk fotokopi modul atau keperluan lainnya. Ah sungguh jadi anak
rantau itu mengajarkanku cara mengelola uang. Karena kalau uang habis, tidak
mungkin menelepon orangtua untuk mengirim uang lagi. Aku pun sangat jarang
pulang ke Bandung untuk mengirit ongkos. Sesama anak rantau, aku dan
teman-teman saling memahami, ciieee... Saat uang habis, maka kita akan saling
berkunjung ke teman siapa tau ada yang sudah dapat kiriman paket makanan,
hehe...
Andalanku
jika sudah sedikit uang adalah, mie instan atau mungkin makan saat pagi dan
malam hari saja atau hanya malam saja, pagi cukup dengan teh manis. Banyak lika
liku anak rantau sebenarnya, jauh dari orang tua, uang kiriman yang telat,
seabreg fotokopi modul, belum lagi jika ada praktikum. Tapi bagaimanapun juga,
uang bulanan dari orangtua harus cukup walau banyak pengeluaran. Berhenti jajan
atau mengurangi makan, ngutang sama teman bisa jadi salah satu alternatifnya. Atau
jika kamu berbakat maka bisa menjadi asisten praktikum atau guru bimbel untuk
menambah uang bulanan. Dan jika kamu beruntung, mencari beasiswa salah satu
solusi keuangan para anak rantau.
Merantaulah,
maka kamu akan mengerti apa itu arti mandiri, arti rindu, arti keluarga, dan
mahalnya tiket mudik ^^
Komentar
Posting Komentar