Abu-abu, dikenang atau dilupakan...



#30harimenulis_18

Abu-abu, dikenang atau dilupakan...

Peristiwa ini terasa abu-bau bagi ingatan saya, antara ingin saya lupakan atau ingin saya jadikan motivasi dalam hidup saya. Ingin melupakan karena rasa sakit dan takut, ingin dikenang agar dapat lebih waspada dan lebih baik lagi. Ini cerita mengenai operasi yang saya alami. Sebenarnya saya menjelaskan secara rinci, tapi bisa sangat panjang. 

Saya menjalani operasi pengangkatan endometriosis yang besarnya sudah sekita 8cm dalam tubuh saya. Kaget dan panik, karena menurut dokter kista ini sudah saya derita mungkin sudah lama sehingga menjadi besar. Jujur saya tidak pernah menyadarinya. Serangkaian tes darah, rontgen, usg dilakukan untuk memastikan bahwa saya benar-benar mengidap endometriosis.

Menurut dokter, untuk menghilangkan rasa sakit yang teramat sangat saat datang bulan, maka harus dilakukan pengangkatan terhadap jaringan asing yang tumbuh di sekitar saluran telur. Saya dan suami mengiyakan untuk dilakukan operasi. Sehari sebelum operasi saya sudah berada di rumah sakit menjalani serangkaian tes kembali, mulai dari usg, darah, fisioterapi (paru-paru), dan diharuskan berpuasa selama 12 jam sebelum operasi. Paginya saya diberikan terapi uap karena memang saya punya asma. Lalu diberikan suntikan tes alergi. Tes alergi ini sangat menyakitkan, dimana perawat memberikan suntikan berupa cairan dibawah kulit, fungsi untuk mengetahui apakah saya memiliki alergi terhadap obat bius dan obat lainnya atau tidak, jika saya alergi makan akan timbul bentol merah di kulit. Alhamdulillah saya bebas alergi.

Pukul 2 siang, saya sudah dibawa ke ruang operasi, ini adalah operasi kedua saya. Yang pertama operasi karena pembekakan kelenjar getah bening sekitar leher. Saat menunggu di ruang tunggu operasi, saya dipasang kateter terlebih dahulu. Sebenarnya saya takut saat dipasang kateter karena teman saya bilang dipasang kateter itu sanagt menyakitkan, tapi alhamdulillah waktu saya sih biasa saja. Saat selang dimasukan ke dalam saluran kencing tidak begitu sakit, mungkin karena perawatnya sudah mahir, sekali masukan langsung ke saluran kencing. Karena ada beberapa kejadian, saat memasukan selang ke saluran kencing jika tidak ahli/biasa akan terasa sakit dan bisa dilakukan berulang kali jika sampai kateter terlepas.

Di ruang tunggu operasi, saya menunggu dengan badan menggigil karena suhu disana sangat dingin. Selang beberapa menit datang perawat laki-laki memasangkan jarum infus di lengan kiri, saya pikir jarumnya satu, ternyata jarumnya ada 2 dan besar-besar. Perawatnya bilang, bismillah ya Bu, saya pasang jarumnya untuk infus dan satunya untuk obat. Setelah itu, para perawat dan dokter berkumpul untuk membacakan beberapa ayat suci Alquran, bersalawat dan berdoa agar operasi lancar sebelum memasuki ruang operasi. Mendengar itu semua, bulu kuduk saya merinding mendengar para perawat dan dokter berdoa. 

Memasuki ruang operasi, saya dipasangi alat-alat yang menghubungkannya dengan monitor detak jantung, lalu perawat menyuntikan saya obat bius. Seketika saya terlelap tidak sadarkan diri. Saya setengah sadar saat itu, hanya bisa mendengar suara para perawat dan tempat tidur saya bergerak memasuki ruangan. Saya tidak bisa membuka mata sama sekali, hanya terdengar sayup-sayup orang berbicara. Saya hanya bisa merasakan bahwa di lengan kiri saya ada benda bergerak mengembang mengempis juga cairan yang mulai mengalir di tangan saya. 

        Setiap saya ingin berbicara dan membuka mata, maka rasa mual dan ingin muntah mulai menyerang lambung saya. Terdengar perawat berkata memanggil-manggil nama saya dan menyuruh saya untuk tidak tertidur beberapa jam kedepan. Orang tua terus mengajak berbicara agar saya berusaha membuka mata tapi tidak bisa, mata terlalu berat untuk terbuka. Malam itu sangat berat karena beberapa kali saya merasakan mual yang luar biasa mungkin efek dari obat bius, dan mulai merasakan sakit di bagian tubuh yang dioperasi. Esok harinya sekitar pukul 1 siang, saya benar-benar terbangun dari efek bius pasca operasi walau kepala terasa berat dan pusing. Sungguh luar biasa, hampir seharian saya dibawah pengaruh obat bius.

Setiap 3 kali sehari saya diberi obat penahan sakit lewat cairan dan juga obat untuk diminum, yah 2 jarum suntik besar masih menancap di lengan kiri saya. bahkan bekas operasi terasa lebih sakit sekarang. Kateter masih terpasang, dan saya tidak bisa bergerak bebas, saya pun tidak bisa mandi, hanya bisa terbaring menahan rasa sakit. Kurang lebih satu minggu saya berada di rumah sakit. Prosesnya hampir sama dengan sesar namun jika sesar hanya bius lokal, saya bius total. Penyembuhan sesar lebih cepat, saya sampai satu bulan pasca operasi masih belum bisa berjalan dengan tegak, belum bisa tertawa lepas, batuk, bahkan bersin akan membuat luka operasi terasa menyakitkan.

Masih dalam masa penyembuhan saya harus berobat selama 6 bulan, suntik, obat minum, dan lainnya. Sekarang sudah berlalu 3 tahun sejak operasi itu, saya masih harus menjaga pola makan, pola hidup agar si kista itu tidak kembali. Saya tidak mau lagi kembali ke meja operasi, sudah cukup. Rasa sakit itu, memberikan saya motivasi agar hidup lebih sehat. Saya mencoba untuk tidak takut dengan kata operasi, saya hanya ingin menghindarinya. Jika kita bisa mencegahnya kenapa tidak? Lebih baik mencegah daripada mengobati. Jika sakit, maka tidak hanya uang yang habis untuk pengobatan, tapi waktu, fisik dan mental kita akan lelah.

Saran saya bagi teman-teman wanita, jagalah pola makan dan pola hidup. Olahraga itu penting dan rajin memeriksakan diri ke dokter kandungan untuk mengetahui kesehatan organ reproduksi kita. Jika mulai terasa sakit yang tidak wajar saat datang bulan maka segerakan periksa ke dokter. Jangan meminum obat penahan rasa sakit atau minuman untuk datang bulan karena justru bisa berakibat tidak baik.

Pengalaman ini saya ingin selalu bagikan kepada semua teman, agar selalu waspada, hati-hati, dan selalu menjaga kesehatan organ reproduksi kita.

Komentar